Jumat, 10 Juli 2015

Imam Besar Masjidil Haram Non Arab yang Pertama




Salah satu yang harus kita banggakan adalah imam Masjidil Haram (non Arab) yang pertama berasal dari Nusantara (Indonesia) yang tepatnya di Minangkabau (Sumatera Barat) yaitu Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Syekh Khatib merupakan orang pertama dari Indonesia yang menjadi imam Masjidil Haram, setelah itu orang kedua yang menjadi imam Masjidil Haram adalah Syekh Nawawi (Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi).
Bukan hanya imam, Syekh Khatib juga pernah menjadi khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti (ulama Makkah yang memiliki wewenang untuk menginterpretasikan teks dan memberikan fatwa kepada umat) Mazhab Syafi'i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Dia memiliki peranan penting di Makkah Al-Mukarramah dan di sana menjadi guru para ulama Indonesia. Terkait kisah pengangkatan Syekh Khatib menjadi imam Masjidil Haram, ada dua riwayat (pendapat) yang berbeda.
Riwayat pertama disampaikan oleh Umar Abdul Jabbar dalam kamus tarajim-nya, Siyar wa Tarajim (Hal. 39). Umar Abdul Jabbar mencatat, bahwa jabatan imam dan khatib itu diperoleh berkat permintaan Syekh Shalih Al-Kurdi (mertua Syekh Khatib) kepada Syarif ‘Aunur Rafiq, agar berkenan mengangkat Syekh Khatib menjadi imam & khatib.
Sedangkan riwayat kedua disampaikan oleh Prof.Dr.Buya Hamka dalam buku karangannya, ‘Ayahku’, ‘Riwayat Hidup Dr.Abdul Karim Amrullah’ dan ‘Perjuangan Kaum Agama di Sumatera’, yang kemudian dinukil oleh Dr.Akhria Nazwar dan Dadang A. Dahlan.
Buya Hamka menyebutkan sebuah cerita Abdul Hamid bin Ahmad Al-Khathib (putra Syekh Khatib), ketika dalam sebuah shalat berjamaah yang diimami langsung Syekh Syarif Aunur Rafiq. Pada saat shalat, ternyata ada bacaan imam yang salah. Mengetahui hal ini, Syekh Khatib yang ketika itu juga menjadi makmum, berusaha membetulkan bacaan imam. Setelah shalat, Syekh Syarif Aunur Rafiq bertanya siapa gerangan yang telah membenarkan bacaannya tadi. Lalu ditunjukkannya Syekh Khatib, yang tak lain adalah menantu sahabat karibnya, Syekh Shalih Al-Kurdi, yang terkenal dengan keshalihan dan kecerdasannya itu. Akhirnya, Syarif Aunur Rafiq mengangkat Syekh Khatib sebagai imam dan khatib Masjidil Haram untuk Madzhab Syafi’i.
Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dengan nama lengkapnya adalah Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, lahir di Koto Tuo, kenagarian Balai Gurah, kecamatan IV Angkek Candung, kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada hari Senin, 6 Dzulhijjah 1276 H (1860 Masehi) dan wafat di Mekkah hari Senin, 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M).
Ketika masih di kampung kelahirannya, Ahmad kecil sempat mengenyam pendidikan formal, yaitu pendidikan dasar dan berlanjut ke Sekolah Raja atau Kweek School yang tamat tahun 1871 M.
Di samping belajar di pendidikan formal yang dikelola Belanda itu, Ahmad kecil juga mempelajari mabadi’ (dasar-dasar) ilmu agama dari Syaikh ‘Abdul Lathif, sang ayah. Dari sang ayah pula, Ahmad kecil menghafal Al-Quran dan berhasil menghafalkan beberapa juz.
Pada tahun 1287 H, Ahmad kecil diajak oleh sang ayah, ‘Abdul Lathif, ke Tanah Suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah rangkaian ibadah haji selesai ditunaikan, ‘Abdullah kembali ke Sumatera Barat sementara Ahmad tetap tinggal di Mekkah untuk menyelesaikan hafalan Al-Quran-nya dan menuntut ilmu dari para ulama-ulama Mekkah terutama yang mengajar di Masjidil Haram.
Awal berada di Mekkah, ia berguru dengan beberapa ulama terkemuka di sana seperti Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy.
Banyak sekali murid Syaikh Khatib yang diajarkan fiqih Syafi'i. Kelak di kemudian hari mereka menjadi ulama-ulama besar di Indonesia, seperti Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) ayah dari Buya Hamka; Syaikh Muhammad Jamil Jambek, Bukittinggi; Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli, Candung, Bukittinggi; Syaikh Muhammad Jamil Jaho Padang Panjang; Syaikh Abbas Qadhi Ladang Lawas Bukittinggi; Syaikh Abbas Abdullah Padang Japang Suliki; Syaikh Khatib Ali Padang; Syaikh Ibrahim Musa Parabek; Syaikh Mustafa Husein, Purba Baru, Mandailing; dan Syaikh Hasan Maksum, Medan. Tak ketinggalan pula K.H.Hasyim Asy'ari dan K.H.Ahmad Dahlan, dua ulama yang masing-masing mendirikan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, merupakan murid dari Syaikh Ahmad Khatib rahimahullah.
Syaikh Ahmad Khatib rahimahullah adalah tiang tengah dari mazhab Syafi'i dalam dunia Islam pada permulaan abad ke XX. Ia juga dikenal sebagai ulama yang sangat peduli terhadap pencerdasan umat. Imam Masjidil Haram ini adalah ilmuan yang menguasai ilmu fiqih, sejarah, aljabar, ilmu falak, ilmu hitung, dan ilmu ukur (geometri).
Selain mempelajari ilmu Islam, Ahmad juga gemar mempelajari ilmu-ilmu keduniaan yang mendukung ilmu diennya seperti ilmu pasti untuk membantu menghitung waris dan juga bahasa Inggris sampai betul-betul kokoh.
                                                                                                
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar