Senin, 27 Juli 2015

Sejarah Silek (Silat)






Silek atau biasa disebut silat adalah seni beladiri yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang. Selanjutnya daerah Nusantara ini adalah daerah yang subur dan merupakan tempat rempah-rempah penting sejak abad pertama masehi, oleh sebab itu, tentu saja ancaman-ancaman keamanan bisa saja datang dari pihak pendatang ke kawasan Nusantara ini.
Merujuk pada buku Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau karangan Mid Djamal (1986), maka dapat diketahui bahwa pendiri dari silat Minangkabau adalah Datuak Suri Dirajo diperkirakan berdiri pada tahun 1119 Masehi di daerah Pariangan Padangpanjang, Minangkabau. Lebih lanjut diuraikan oleh Djamal bahwa pengawal dari Datuak Suri Dirajo ini adalah Kambiang Utan (berasal dari Kamboja), Harimau Campo (berasal dari daerah Champa), Kuciang Siam (datang dari daerah Siam atau Thailand) dan Anjiang Mualim (datang dari negeri Persia). Di masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri. Nama-nama mereka seperti nama hewan (kambing, harimau, kucing dan anjing), namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan hewan menurut persangkaan beberapa orang. Mereka bertugas  sebagai dubalang di daerah Minangkabau, yaitu berupa :


  • Harimau Campo ditugaskan untuk membawa kelompok untuk Luhak Agam.
  • Kambiang Hutan ditugaskan untuk tinggal di Luhak Limapuluh Koto.
  • Kuciang Siam diarahkan ke wilayah Lasi Tanah Data.
  • Anjiang Mualim membawa kelompok ke wilayah rantau.

Seiring berjalannya waktu, semakin bertambah wilayah di Minangkabau sejalan dengan perkembangan silek yang mempunyai beberapa jenis seperti :
1.                  silek Tuo,
2.                  silek Harimau,
3.                  silek Lintau,
4.                  silek Kumango,
5.                  silek Balam,
6.                  silek Sitaralak,
7.                  silek Luncua,
8.                  silek Ulu Ambek,
9.                  silek Pauah,
10.              dan lain-lain.
Para tuo silek dan pandeka telah mengembangkan silat di Nusantara dan memberi pengaruh pada aliran dan teknik silat di Sumatera, Paparan Sunda dan Semenanjung Melayu. Sifat perantau dari masyarakat Minangkabau telah membuat silek Minangkabau sekarang tersebar kemana-mana di beberapa belahan dunia.

Penyebaran dan Pengaruh Silek Di Dalam Negeri
Silek yang menyebar ke daerah rantau (luar kawasan Minangkabau) ada yang masih mempertahankan format aslinya dan ada yang telah menyatu dengan aliran silat lain di kawasan Nusantara. Beberapa perguruan silat menyatukan unsur-unsur silat di Nusantara dan silek Minang termasuk ke dalam jenis silat yang mempengaruhi gerakan silat mereka. Beberapa contoh yang dapat diberikan adalah :
  • Silek 21 Hari atau dikenal juga dengan nama silek Pusako Minang. Silat ini berkembang di wilayah perbatasan antara Pasaman dan provinsi Riau. Silat ini masih jarang diungkapkan di dalam kajian silek Minangkabau. Jadi keterangan tentang silat ini masih terbatas dan dalam penelitian. Silat ini lebih menekankan aspek spiritual dan berasal dari kalangan pengamal tarekat di Minangkabau. Saat ini masih ada keturunan Pagaruyung, Minangkabau yang mengajarkan silat ini di beberapa kawasan di provinsi Riau, seperti di Rokan Hulu (Kuntu Darussalam), Mandau Duri, Rokan Hilir, dan Perawang. Silat ini tergolong jenis yang ditakuti di daerah tersebut dan juga berkembang sampai ke Malaysia.
  • Silat Sabandar dari Tanah Sunda dikembangkan oleh perantau Minangkabau yang bernama Mohammad Kosim di Kampung Sabandar, Jawa Barat. Silek ini disegani di Tanah Sunda. Seiring dengan perkembangan dan pembauran dengan tradisi silat di Tanah Sunda, silat ini telah mengalami variasi sehingga bentuknya menjadi khas untuk daerah tersebut.
  • Silat Pangian di Kuantan Singingi, provinsi Riau. Terdiri dari silek Pangian Jantan dan silek Pangian Batino. Silek Pangian ini asalnya dari daerah Pangian, Lintau, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Silek ini adalah silek yang legendaris dan disegani dari wilayah Kuantan. Di Kuantan tentu saja silek ini telah mengalami perkembangan dan menjadi ciri khas dari tradisi wilayah tersebut. Awalnya pendiri dari silek ini adalah petinggi dari kerajaan Minangkabau yang pergi ke daerah Kuantan.
  • Silek Minangkabau menyebar ke daerah Deli (sekitar Medan) di pesisir timur provinsi Sumatera Utara akibat migrasi penduduk Minangkabau di masa lalu. Saat sekarang tradisi silat itu masih ada.
  • Perguruan Silat Setia Hati, yaitu perguruan besar dari Tanah Jawa. Pada masa dahulunya, pendiri dari perguruan ini adalah Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo, yang banyak belajar dari silek Minangkabau di samping belajar dari berbagai aliran dari silat di Tanah Sunda, Betawi, Aceh, dan kawasan lain di Nusantara. Silek Minangkabau telah menjadi unsur penting dalam jurus-jurus Perguruan Silat Setia Hati. Setidaknya hampir semua aliran silek penting di Minangkabau telah beliau pelajari selama di Sumatera Barat pada tahun 1894-1898. Beliau adalah tokoh yang menghargai sumber keilmuannya, sehingga beliau memberi nama setiap jurus yang diajarkannya dengan sumber asal gerakan itu. Beliau memiliki watak pendekar yang mulia dan menghargai guru.
  • Silat Perisai Diri, yang didirikan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo atau dikenal dengan pak Dirdjo, yang memiliki beberapa unsur Minangkabau di dalam gerakannya. Silat Perisai Diri memiliki karakter silat tersendiri yang merupakan hasil kreativitas gemilang dari pendirinya. Perisai Diri termasuk perguruan silat terbesar di Indonesia dengan cabang di berbagai negara.
  • Satria Muda Indonesia, yang pada awalnya berasal dari Perguruan Silat Baringan Sakti yang mengajarkan silek Minangkabau, kemudian berkembang dengan menarik berbagai aliran silat di Indonesia ke dalam perguruannya.
  • Silat Baginda di Sulawesi Utara, yaitu silat yang berasal dari pengawal Tuanku Iman Bonjol yang bernama Bagindo Tan Labiah (Tan Lobe) yang dibuang ke Manado pada tahun 1840. Tan Labiah meninggal dunia pada tahun 1888.
Penyebaran Silek Di Luar Negeri
  • Singapura
    Posisi Singapura atau dahulu disebut Tumasik yang strategis membuat wilayah ini dikunjungi oleh berbagai bangsa semenjak dahulu kala. Silek Minangkabau telah menyebar ke sana pada tahun 1160 dengan ditandainya gelombang migrasi bangsa Melayu dari Minangkabau.
  • Malaysia
    Penyebaran silek Minangkabau di negeri Malaysia terjadi terutama akibat migrasi penduduk Minangkabau ke Malaka pada abad ke-16 dan juga karena adanya koloni Minangkabau di Negeri Sembilan. Silek Pangian, silek Sitaralak, silek Luncur juga berkembang di negeri jiran ini. Silat Cekak, salah satu perguruan silat terbesar di Malaysia juga memiliki unsur-unsur aliran silek Minangkabau, seperti silek Luncua, Sitaralak, Kuncian Kumango, dan Lintau di dalam materi pelajarannya. Posisi Malaysia yang rawan dari serangan berbagai bangsa terutama bangsa Thai membuat mereka perlu merancang sistem beladiri efektif yang merupakan gabungan antara beladiri Aceh dan Minangkabau. Beberapa perguruan silat menggunakan nama Minang atau Minangkabau di dalam nama perguruannya.
  • Filipina
    Penyebaran Islam ke Mindanao, yang dilakukan oleh Raja Baginda, keturunan Minangkabau dari kepulauan Sulu pada tahun 1390. Penyebaran ini mungkin akan mengakibatkan penyebaran budaya Minangkabau, termasuk silat ke wilayah Mindanao. Bukti-buktinya masih perlu dikaji lebih dalam.
  • Brunei Darussalam
    Penyebaran silek ke Brunei seiring dengan perjalanan bangsawan dan penduduk Minangkabau ke negeri Brunei. Seperti yang sudah dijelaskan pada awal tulisan ini, bahwa silek adalah bagian dari budaya Minangkabau. Oleh sebab itu mereka yang pergi merantau akan membawa ilmu beladiri ini ke mana pun, termasuk ke Brunei Darussalam. Kajian hubungan silek Minangkabau dan Brunei masih dibutuhkan, namun yang pasti, para pemuka kerajaan Brunei memiliki pertalian ranji dengan raja-raja di Minangkabau. Ada dugaan bahwa Awang Alak Betatar, pendiri kerajaan Brunei (1363-1402) yang gagah berani, berasal dari Minangkabau, karena gelar-gelar dari saudara-saudara beliau mirip dengan gelar-gelar dari Minangkabau. Namun catatan tertulis diketahui bahwa migrasi masyarakat Minangkabau berawal dari pemerintahan Sultan Nasruddin (sultan Brunei ke-15) pada tahun 1690-1710 yang ditandai dengan tokoh yang bernama Dato Godam (Datuk Godam) atau Raja Umar dari keturunan Bandaro Tanjung Sungayang, Pagaruyung, Minangkabau.
  • Austria
    Perguruan sileknya bernama PMG=Sentak, dikembangkan oleh Pandeka Mihar.
  • Spanyol
    Perguruan sileknya bernama Harimau Minangkabau, dikembangkan oleh Guru Hanafi di kota Basque.
  • Belanda
    • Silek Tuo dikembangkan oleh Doeby Usman,
    • Satria Muda, dikembangkan oleh Cherry dan Nick Smith pada 1971. Mereka adalah murid dari Guru W. Thomson,
    • Paulu Sembilan; silat dari Pauh Sembilan, kota Padang.
  • Hongkong
    Perguruannya bernama Black Triangle Silat, dikembangkan oleh Pendekar Scott McQuaid. Pendekar Scott adalah termasuk dalam jalur waris dari Guru Hanafi, sama dengan Guru de-Bordes di Ghana.
  • Amerika Serikat
    • Bapak Waleed adalah salah satu tokoh yang mengembangkan silek Minangkabau di USA,
    • Baringin Sakti, yang dikembangkan oleh Guru Eric Kruk.
  • Perancis
    Perguruannya bernama Saudara Kaum, dikembangkan oleh Haji Syofyan Nadar. Perguruan ini juga memiliki guru yang mengajarkan silat dari Tanah Sunda seperti Maenpo Cianjur (Sabandar, Cikalong, dan Cikaret) dan silat Garis Paksi.
  • Ghana, Afrika
    Perguruannya bernama Harimau Minangkabau, dikembangkan oleh Guru de-Bordes yang belajar ke Guru Hanafi dengan permainan silat Harimau.

Sumber :

Putra Berdarah Minang Di Mata Uang 4 Negara




1. Mata uang Indonesia
Pada uang Rp 100.000,- tertera gambar Mohammad Hatta, dilahirkan di Bukittinggi pada 12 Agustus 1902. Beliau adalah proklamator Indonesia dan juga sebagai wakil presiden pertama di Indonesia.
Dan pada pecahan Rp 5.000,- tertera gambar Tuanku Imam Bonjol (Muhammad Shahab), dilahirkan di Bonjol, Pasaman pada tahun 1772. Beliau adalah salah seorang ulama, pemimpin, dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri pada tahun 1803-1838. Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat setempat, Muhammad Shahab memperoleh beberapa gelar yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam Bonjol.

2. Mata uang Malaysia
Pada uang 50 ringgit tertera wajah Yang Di-Pertuan Agong Malaysia yang pertama yaitu Tuanku Abdul Rahman Tuanku Muhammad dari Negeri Sembilan. Beliau adalah Yang Di-Pertuan Besar Negeri Sembilan (bertaraf Sultan atau Raja) dari tahun 1933-1960. Negeri Sembilan adalah sebuah negeri yang dihuni oleh etnis Minangkabau semenjak abad ke-15. Tuanku Abdul Rahman yang gambarnya ada di mata uang Malaysia itu adalah keturunan kelima dari Sultan Abdul Jalil, dari Pagaruyung, Tanah Datar.

3. Mata uang Singapura
Pada uang 50 dollar Singa­pura bergambar Tun Yusuf Ishak keturunan Dt. Jonaton generasi ke-4. Keluarganya berasal dari Pagaruyung, Tanah Datar lalu meran­tau ke Malaya sejak tahun 1730 dan hijrah ke Singapura serta memimpin negara Singa itu. Namanya hingga kini tetap abadi. Fotonya menjadi ciri mata uang dollar Singapura.

4. Mata uang Brunei Darussalam
Pada mata uang Brunei Darussalam, di antaranya bergam­bar Sultan Hasanah Bolkiah. Sultan Brunei itu juga urang awak asal Piobang Payakumbuh. Namanya juga terpasang di mata uang negaranya dan beberapa ruas jalan di negara kaya minyak itu. Ada nama jalan seperti Piobang 1 hingga Piobang 5.
Mohd. Jamil al-Sufri dalam bukunya “Tarsilah Brunei: The Early History of Brunei Up To 1432 AD” menyebutkan, bahwa dari silsilah raja-raja Brunei Darussalam, diketahui bahwa pendiri kerajaan ini yaitu Awang Alak Betatar atau yang bergelar Sultan Muhammad Shah, berasal dari Minangkabau. Selain itu raja-raja Serawak di Kalimantan Utara,  juga banyak yang berasal dari Minangkabau. Hal ini berdasarkan informasi para bangsawan Serawak, yang ditemui Hamka pada tahun 1960. Kamardi Rais Dt. Panjang Simulie dalam bukunya “Mesin Ketik Tua” juga memberikan berita bahwa ketika James Brook dirajakan di Serawak, yang melantiknya adalah datuk-datuk asal Minangkabau.

(Catatan : Mengenai tulisan di atas, keseluruhannya saya kutip dari sumber yang saya cantumkan di bawah ini. Namun ada yang membingungkan pada bahasan tentang "mata uang Brunei Darussalam", karena Sultan Hasanah Bolkiah sendiri pun tidak lahir di Piobang Payakumbuh, dan sepertinya yang dimaksud "urang awak asal Piobang Payakumbuh" ini adalah bahwa beliau adalah asli Piobang Payakumbuh, yang dimaksudkan adalah secara genetik atau ranji (silsilah) berdasarkan sistem matrilineal bahwa leluhurnya berasal dari sana, yang mana juga didasarkan pada bagian dari penduduk beserta keturunan penduduk itu yang mendiami suatu wilayah untuk pertama kalinya di daerah tersebut dan menjadi bagian wilayah tersebut dengan terbentuknya adat di daerah itu yaitu di Piobang Payakumbuh.
>>>
Dan mengingat juga bahwa pendiri Kesultanan Brunei pada masa dahulunya yaitu Awang Alak Betatar yang merupakan orang Minang, dan setelah itu bernama Muhammad Shah saat telah memeluk agama Islam. Dan bisa jadi, ada lagi orang-orang Minang yang merantau ke Brunei setelah Kesultanan Brunei didirikan.)

Sumber :

Selasa, 21 Juli 2015

Mengapa Minum Tidak Boleh Sambil Berdiri




1500 tahun yang lalu, Rasulullah Muhammad S.A.W memperingatkan keluarga dan para sahabatnya untuk jangan pernah minum sambil berdiri. Selain murni hanya karena perintah Allah S.W.T, tak ada alasan lain yang lebih khusus. Reaksi para sahabat? Mendengar dan taat.

Namun kemudian, beberapa abad setelah perintah Rasul itu, para ilmuwan zaman sekarang menemukan kenyataan lain tentang tidak bolehnya minum sambil berdiri.

Dari Anas dan Qatadah radhiallaahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri.” Qatadah berkata : ”Bagaimana dengan makan?” Beliau menjawab : “Itu lebih buruk lagi.” (HR. Muslim dan Turmidzi). Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Jangan kalian minum sambil berdiri! Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan!” (HR. Muslim).

Pendapat Para Ilmuwan Muslim

Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani berkata : “Minum dan makan sambil duduk, lebih sehat, lebih selamat, dan lebih sopan, karena apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lembut. Adapun minum sambil berdiri, maka ia akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus, menabraknya dengan keras, jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan pernah sekali minum sambil disfungsi pencernaan. Begitu pula makan sambil berjalan, sama sekali tidak sehat, tidak sopan, tidak etis dan tidak pernah dikenal dalam Islam dan kaum muslimin.”


Sumber :