Pernah muncul pertanyaan, kenapa Rumah Gadang tidak menggunakan beton dan
besi sebagai bahan bangunan, bahkan istana Pagaruyung sekalipun tidak
menggunakan bahan tersebut; berbeda sekali dengan istana-istana di pesisir
timur Sumatera, sebut saja misalnya istana masyarakat Melayu Deli/Maimun di
Medan atau istana Siak Sri Indrapura di Riau yang begitu megah dengan beton dan
besinya, padahal Minangkabau terkenal sebagai penghasil emas pada zaman dahulu,
jadi tidak mungkin jika kendalanya adalah masalah dana. Lalu apakah alasan
kenapa Rumah Gadang hanya berbahan
kayu?
Tahukah anda bahwa Rumah Gadang dirancang untuk menahan
guncangan gempa yang sangat kuat? Sebagaimana kita ketahui pesisir barat Sumatera
khususnya Ranah Minang sangat rawan diguncang gempa, sebab daerah ini dilalui
oleh patahan Semangko. Ngarai Sianok dan lembah Harau merupakan bentuk
aktifitas patahan Semangko ini. Ditambah lagi di lautnya merupakan tempat
bertemunya lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia yang menghujam ke
bawah pesisir barat dan membentuk jajaran gunung-gunung di Sumatera. Sementara
di pesisir timur Sumatera tidak terdapat pertemuan lempeng, patahan, ataupun
gunung-gunung. Itulah perbedaan geografis antara pesisir barat dengan pesisir
timur.
Untuk menghadapi hal tersebut, nenek
moyang orang Minang ternyata memiliki pemikiran lebih maju dari zamannya atau
pemikiran yang futuristik dalam membangun sebuah rumah. Konstruksi Rumah Gadang ternyata telah dirancang
untuk bisa menahan gempuran gempa bumi. Tidak pernah kita membayangkan sebuah
karya yang melampaui dalam hal kemajuan teknologi pada masa lalu.
Rumah Gadang di Ranah
Minang membuktikan ketangguhan rekayasa konstruksi yang memiliki daya lentur
dan soliditas saat terjadi guncangan gempa hingga berkekuatan di atas 8 skala
richter sekalipun. Ternyata, rahasianya terletak pada rancangan rangka rumah.
Rangka Rumah Gadang dibuat dari kayu.
Bentuknya dibuat menyerupai sebuah perahu. Ada dua anjungan di ujung kanan dan
kiri. Anjungan ini dibuat tanpa tiang penyangga. Akibatnya, rangka kayu bagian
atas seperti ditarik ke ujung kanan dan kiri. Karena tanpa penyangga, anjungan
ini membuat rangka kayu jadi mendapat beban ke bawah. Dengan begitu, rangka
rumah ini berdiri sangat kokoh.
Bentuk Rumah Gadang membuatnya tetap stabil menerima guncangan dari bumi. Rumah Gadang juga tidak menggunakan paku
sebagai pengikat, tetapi berupa pasak sebagai sambungan membuat bangunan
memiliki sifat sangat lentur. Selain itu kaki atau tiang bangunan bagian bawah
tidak pernah menyentuh bumi atau tanah. Tapak tiang dialas dengan batu sandi. Batu
ini berfungsi sebagai peredam getaran gelombang dari tanah, sehingga tidak
mempengaruhi bangunan di atasnya. Kalau ada getaran gempa bumi, Rumah Gadang hanya akan berayun atau
bergoyang mengikuti gelombang yang ditimbulkan getaran tersebut.
Darmansyah, ahli konstruksi dari
Lembaga Penanggulangan Bencana Alam, Sumatera Barat; menyebutkan bahwa dari
sisi ilmu konstruksi, bangunan Rumah
Gadang jauh lebih maju setidaknya 300 tahun dibanding konstruksi yang ada
di dunia pada zamannya.
MasyaAllah, semoga Rumah Gadang tidak ditinggalkan oleh
orang Minang dan punah. Dan semoga setiap kaum di Ranah Minang kembali
mendirikan Rumah Gadang.
Sumber :
Anak-Anak Minang. https://www.facebook.com/minang.official?fref=ts.